Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung. Penarikan secara langsung ditarik dari 1 premis. Penarikan secara tidak langsung ditarik dari 2 premis. Premis pertama yang bersifat umum sedangkan premis kedua bersifat khusus.
Penalaran secara langsung.
Misalnya:
1. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua burung dapat terbang. (premis)
Sebagian yang dapat terbang adalah burung. (simpulan)
2. Tidak satupun S adalah P. (premis)
Tidak satupun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor ayam pun adalah bebek. (premis)
Tidak seekor bebek pun adalah ayam. (simpulan)
3. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua burung memiliki sayap. (premis)
Tidak satu pun burung yang tidak memiliki sayap . (simpulan)
4. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun ayam adalah bebek. (premis)
Semua ayam adalah bukan bebek. (simpulan)
5. Semua S adalah P. (prwemis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua burung adalah yang memiliki sayap. (premis)
Tidak satu pun burung adalah yang tak bersayap. (simpulan)
Tidak satu pun yang tak bersayap adalah burung. (simpulan)
Penalaran secara tidak langsung.
Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Silogisme dibagi menjadi :
1) Silogisme kategorial
Yang dimaksud dengan silogisme kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan.
· Premis umum : premis mayor ( My )
· Premis khusus : premis minor ( Mn )
· Premis simpulan : premis kesimpulan ( K )
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh :
MY : Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Mn : Sapi termasuk mamalia.
K : Jadi, sapi binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut :
a) Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh :
Semua burung mempunyai sayap.
Merpati adalah seekor burung.
Merpati mempunyai sayap.
Term mayor = mempunyai sayap
Term minor = merpati
Term menengah = burung
Catatan :
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Karikatur itu menempel di pintu.
Pintu itu menempel di tembok.
Dalam premis ini terdapat empat term yaitu karikatur, menempel di pintu, danpintu menempel di tembok. Oleh sebab itu, di sini tidak dapat ditarik simpulan.
b) Silogisme terdiri atas tiga proposisi : dua proposisi yang disebut premis, dan satu proposisi yang disebut konklusi.
Contoh :
MY : Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Mn : Sapi termasuk mamalia.
K : Jadi, sapi binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
c) Dua premis yang negative tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua ayam bukan bebek.
Tidak seekor bebek pun adalah manusia.
d) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor jerapah pun adalah gajah.
Semua jerapah beleher panjang.
Jadi, tidak seekor gajah pun berleher panjang.
e) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
f) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian anak balita mengkonsumsi susu formula.
Sebagian peserta lomba mewarnai adalah anak balita.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g) Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua remaja adalah berumur 17 tahun.
Sebagian pemuda adalah remaja.
Jadi, sebagian pemuda adalah berumur 17 tahun.
h) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
2) Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu :
· bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen.
· bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
· Bersifat transitif dan implikasi.
p --> q
q --> r
---------
p --> r
Contoh silogisme hipotesis :
My : jika tidak ada air bersih manusia sangat kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Mn : Air bersih tidak ada
K : jadi, manusia akan kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Contoh lain :
p : saya belajar dengan giat
q : saya lulus ujian
r : saya cepat bekerja
Jika saya belajar dengan giat, maka saya lulus ujian (pàq)
Jika saya lulus ujian, maka saya cepat bekerja (qàr)
Disimpulkan: Jika saya belajar dengan giat, maka saya cepat bekerja (pàr)
Hukum-hukum Silogisme Hipotetik.
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan P dan konsekuen dengan R, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila P terlaksana maka R juga terlaksana.
2) Bila P tidak terlaksana maka R tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila R terlaksana, maka P terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila R tidak terlaksana maka P tidak terlaksana.
Contoh 1 :
Bila terjadi kelangkaan minyak bumi harga bahan bakar minyak membubung tinggi.
Nah, kelangkaan minyak bumi mulai terjadi.
Jadi harga bahan bakar minyak membubung tinggi. ( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya.
Contoh 2 :
Bila terjadi kelangkaan minyak bumi harga bahan bakar minyak membubung tinggi.
Nah, kelangkaan minyak bumi mulai terjadi.
Jadi harga bahan bakar minyak tidak membubung tinggi. (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan bakar minyak bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
3) Silogisme alternative
Silogisme Alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternative : Bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
Dia adalah seorang guru atau pelayar.
Dia seorang guru.
Jadi, dia adalah seorang guru atau pelayar.
Dia adalah seorang guru atau pelayar.
Dia bukan seorang guru.
Jadi, dia seorang pelayar.
Contoh lain :
My : Kakak Shelly berada di Depok atau Bogor.
Mn : Kakak Shelly berada di Depok.
K : Jadi, Kakak shelly tidak berada di Bogor.
4) Entimen
Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep. Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab untuk sampai kepada kesimpulan.
Contoh :
1. Qilsya memang siswa yang amat baik masa depannya sebab ia bersekolah di SMA Negeri 1.
2. Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari Hollywood?
3. Temanku sebangku itu amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam shio macan.
Bila kita cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian silogismenya, kita lihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik kesimpulan.
Sumber ::