Batik bukan hanya sekedar kain atau pakaian untuk penutup sisi tubuh, guratan benang helai demi helainya penuh makna, motif dan coraknya sarat akan keindahan dan sejarah. Pakaian batik tidak mengenal trend yang sewaktu-waktu ramai di pakai orang dan sewaktu-waktu ditinggal orang. Keberadaanya meruang dan mewaktu di segala tempat, lini, waktu, usia, dan musim. Pakaian Batik selalu elegan dipakai dalam suasana apapun, selalu terlihat ada rasa seninya ketika dibalutkan dengan aksesoris-aksesoris yang dipakai manusia. Batik sebagai salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang tidak dimiliki oleh Negara manapun. Sehingga wajar, jika orang-orang luar negeri pergi ke Indonesia, oleh-oleh yang kerap ia bawa adalah pakaian batik.
Wajar, jika Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkannya ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-Benda di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat (2/10) lalu.
Dalam siaran pers dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) di Jakarta, Jumat, UNESCO mengakui batik Indonesia bersama dengan 111 nominasi mata budaya dari 35 negara, dan yang diakui dan dimasukkan dalam Daftar Representatif sebanyak 76 mata budaya. Pesona batik telah memencarkan Indonesia di mata dunia, orang-orang luar negeri begitu terbelalak melihat pautan pesonanya.
Yah, penghargaan ini bukan hadir dari ruang yang hampa, ada guratan-guratan sejarah, proses, bangunan kesabaran untuk mencipta karya seni batik Nusantara ini. Lamanya pembuatan batik lembar demi lembarnya membutuhkan waktu yang lama, dari kelamaan dan hasil kesabaran itu, para pembatik ternyata berhasil menuai karya seni yang sangat berkarakter di mata dunia.
Batik menyimbolkan doa dan harapan bagi pemakainya. Bukan hanya itu. Batik juga menunjukkan hasil jerih payah dan kesabaran pembuatnya.
Pembuatan batik membutuhkan kondisi yang tenang, bahkan untuk mendapatkan ketenangan itu, para pembatik banyak yang melakukan puasa sebelum mulai membatik. Cara membuatkan tidak hanya sekedar kepentingan industri, tidak hanya bekerja, tetapi benar-benar berkarya demi sebuah seni.
Membatik butuh kesabaran dan kedisiplinan yang sangat ekstra, dalam satu lembar batik butuh beberapa kali pewarnaan dengan jumlah takaran malam yang pas.
Dalam budaya Jawa, pakaian batik tidak hanya sekedar sandang atau pakaian. Batik menunjukkan prestise dan berfungsi mengungkapkan sesuatu. Pada zaman dahulu, kalau anak laki-laki mau melamar, dia harus membawa kain batik dengan motif tertentu kepada orang tua si gadis. Dia tinggal menyerahkan dan orang tua langsung tahu apa maksudnya .
Di museum batik, terdapat lebih dari 1.000 koleksi batik. Mulai koleksi dari tahun 1700-an hingga sekarang. Dunia membuktikan, karya seni batik diakui oleh dunia sebgai warisan budaya. Sinaran Indonesia kembali terpancar dimata dunia dengan seni dan kebudayaan.
Apresiasi ini, saya kira tidak hanya sekedar menandainya dengan memakai gunakan pakaian batik saja, tetapi untuk generasi muda juga harus diajarkan dan belajar mewarisi membatik untuk tetap melestarikan kebudayaan yang sangat luhur itu.
Indonesia, masih bersinar pancaran pesonanya karena kekayaan akan kesenian dan kebudayaannya. Bukan karena teknologi atau kemamuan mencipta alat-alat canggih untuk dunia, tetapi karena kekayaan filosofi dan keberhasilan memaksai hidup dari kesenian itu.
Oke, saya sepakat kalau banyak juga kader-kader muda juga ikut menyinarkan dunia dengan prestasi akademik seperti memenagkan olimpiade fisika di dunia. Seperi Andhika Putra (SMA Sutomo 1 Medan), Ali Sucipto (SMA Xaverius 1 Palembang), Purnawirman (SMAN 1 Pekanbaru), Michael Andrian (SMA Regina Pacis Bogor), dan Ario Prabowo (SMA Taruna Nusantara Magelang). Keempatnya meraih medali di ajang Olimpiade Fisika Internasional ke-36 di Spanyol. Andhika dan Ali meraih medali emas, sementara ketiga rekannya meraih medali perunggu.
Mereka juga kader-kader muda dengan ilmu pengetahuannya mampu memancarkan dan memberikan daya saing bagi bangsa Indonesia.
Mereka juga kader-kader muda dengan ilmu pengetahuannya mampu memancarkan dan memberikan daya saing bagi bangsa Indonesia.
Namun tidak bisa dipungkiri, pancaran pesona prestasi dunia itu semakin lama semakin redup kalau banyak rakyat Indonesia lain masih terbelakang akan pendididikan dan pengetahuan. Jutaan ribu rakyat Indonesia masih kekurangan fasilitas pendidikan, biaya pendidikan bahkan akses pendidikan, sehingga akses untuk mendapatkan pengetahuan mereka terhambat. Saya yakin, bangsa Indonesia terpancar daya saing dan pesonanya kalau, kebudayaan Indonesia terus dilestarikan dan akses pendidikan layak diberikan secara rata.